Sunday 17 April 2016

Kisah Penemu Kalkulus Gottfried Wilhem Leibniz


Gottfried Wilhem Leibniz

 


Gottfried Wilhem Leibniz atau kadangkala dieja sebagai Leibnitz atau Von Leibniz (1 Juli (21 Juni menurut tarikh kalender Julian) 164614 November 1716) adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia dan berasal dari Sachsen. Ia terutama terkenal karena faham Théodicée bahwa manusia hidup dalam dunia yang sebaik mungkin karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan Yang Sempurna. Faham Théodicée ini menjadi terkenal karena dikritik dalam buku Candide karangan Voltaire.
 
Selain seorang filsuf, ia adalah ilmuwan, matematikawan, diplomat, fisikawan, sejarawan dan doktor dalam hukum duniawi dan hukum gereja. Ia dianggap sebagai Jiwa Universalis zamannya dan merupakan salah seorang filsuf yang paling berpengaruh pada abad ke-17 dan ke-18. Kontribusinya kepada subyek yang begitu luas tersebar di banyak jurnal dan puluhan ribu surat serta naskah manuskrip yang belum semuanya diterbitkan. Sampai sekarang masih belum ada edisi lengkap mengenai tulisan-tulisan Leibniz dan dengan ini laporan lengkap mengenai prestasinya belum dapat dilakukan.
Leibniz lahir di Leipzig dan meninggal dunia di Hannover.
 
Seperti kebanyakan cendekiawan pada masa itu, Gottfried Leibniz belajar filsafat -terutama Aristoteles- dan bahasa Latin pada usia muda.
Hebatnya, dia belajar semua hal tersebut secara otodidak. Dalam waktu singkat Leibniz segera mahir dalam bahasa latin dan mulai mempertanyakan teori Aristoteles.
Seiring bertambahnya usia, Leibniz berhasil meraih gelar dalam filsafat dan hukum dan segera memusatkan perhatian pada filsafat.
Salah satu ambisinya adalah mereduksi semua teori filosofis menjadi elemen dasar yang terdiri dari angka, fakta, suara, dan warna.
Gottfried Leibniz, bersama dengan Rene Descartes dan Baruch Spinoza, dianggap sebagai pemikir rasional abad ke-17, yang mendukung filosofi bahwa “any view applying to reason is a source of knowledge or justification.”
Dalam karyanya yang berjudul Theodicee, Gottfried Leibniz menguraikan gagasannya tentang optimisme, menjelaskan bahwa alam semesta adalah yang terbaik dalam bentuknya sekarang.

Latar belakang

 Leibniz lahir di kota Leipzig, Sachsen pada tahun 1646. Orang tuanya, terutama ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah yuridis dan falsafi. Ayahnya merupakan seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas. Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika.
File:Korespondencja Gottfrieda Leibniza.jpg

Pada tahun 1661 Leibniz mendaftarkan diri di Universitas Leipzig dan kuliah filsafat pada ahli teologi Johann Adam Schertzer dan teoretikus filsafat Jakob Thomasius. Pada tahun 1663 ia berubah universitas, sekarang di Universitas Jena untuk belajar lebih lanjut di bawah ahli matematika, fisika dan astronomi Erhard Wiegel untuk membedah pemikiran Pythagoras. Dengan usia 20 tahun ia ingin promosi dalam bidang doktor hukum, namun para profesor Leipzig menganggapnya terlalu muda. Leibniz maka pergi ke Nürnberg, untuk belajar lebih lanjut di Universitas Altdorf.
 
Gottfried Leibniz dikenal menemukan sistem biner yang saat ini menjadi dasar bagi banyak program komputer.
Karya matematikanya juga melibatkan determinan sebagai cara memecahkan persamaan linier.
Leibniz harus mencurahkan energi cukup besar untuk mempertahankan penemuannya atas kalkulus.
 
Pada tahun 1675, saat Leibniz menciptakan notasi kalkulus diferensial, dia menerima dua surat dari Newton yang memberitahukan karya Newton yang juga berkaitan dengan kalkulus.
Leibniz tidak menerima surat tersebut dengan segera. Hal ini di kemudian hari membuat banyak cendekiawan, termasuk Newton, menuduh Leibniz melakukan plagiat.
Sebagai respon, Leibniz menerbitkan sebuah buletin anonim yang dikenal sebagai Charta Volans untuk menjelaskan metode yang dia gunakan saat menemukan kalkulus.
Leibniz juga menemukan mesin hitung yang memicu komentar beragam. Dia menerima kritik dari rekan-rekannya, tetapi mendapat dukungan dari Royal Society of London.
Ambisi Gottfried Leibniz lainnya adalah menyusun semua pengetahuan manusia dan menjadi penulis terkenal.
Tulisan-tulisannya begitu banyak sehingga sebagian diantaranya lebih dulu hilang sebelum diterbitkan.
Leibniz dikenal karena karena kemampuannya yang melintasi batas-batas disiplin akademis yang berbeda.
Leibniz mampu menggabungkan ide-ide dari berbagai disiplin ilmu untuk membentuk dasar karyanya pada disiplin ilmu tertentu.
Antipatinya terhadap institusi akademik sebagian besar karena tidak dimungkinkannya studi lintas bidang di sana.
Dengan semakin populernya studi lintas bidang saat ini, pemikiran Gottfried Leibniz bisa dianggap lebih maju dari jamannya.

Kebanyakan ahli sejarah percaya bahwa Newton dan Leibniz mengembangkan kalkulus secara terpisah. Keduanya pula menggunakan notasi matematika yang berbeda pula. Menurut teman-teman dekat Newton, Newton telah menyelesaikan karyanya bertahun-tahun sebelum Leibniz, namun tidak mempublikasikannya sampai dengan tahun 1693. Ia pula baru menjelaskannya secara penuh pada tahun 1704, manakala pada tahun 1684, Leibniz sudah mulai mempublikasikan penjelasan penuh atas karyanya. Notasi dan "metode diferensial" Leibniz secara universal diadopsi di Daratan Eropa, sedangkan Kerajaan Britania baru mengadopsinya setelah tahun 1820. Dalam buku catatan Leibniz, dapat ditemukan adanya gagasan-gagasan sistematis yang memperlihatkan bagaimana Leibniz mengembangkan kalkulusnya dari awal sampai akhir, manakala pada catatan Newton hanya dapat ditemukan hasil akhirnya saja. Newton mengklaim bahwa ia enggan mempublikasi kalkulusnya karena takut ditertawakan. Newton juga memiliki hubungan dekat dengan matematikawan Swiss Nicolas Fatio de Duillier. Pada tahun 1691, Duillie merencanakan untuk mempersiapaan versi baru buku Philosophiae Naturalis Principia Mathematica Newton, namun tidak pernah menyelesaikannya. Pada tahun 1693 pula hubungan antara keduanya menjadi tidak sedekat sebelumnya. Pada saat yang sama, Duillier saling bertukar surat dengan Leibniz.[8]
Pada tahun 1699, anggota-anggota Royal Society mulai menuduh Leibniz menjiplak karya Newton. Perselisihan ini memuncak pada tahun 1711. Royal Society kemudian dalam suatu kajian memutuskan bahwa Newtonlah penemu sebenarnya dan mencap Leibniz sebagai penjiplak. Kajian ini kemudian diragukan karena setelahnya ditemukan bahwa Newton sendiri yang menulis kata akhir kesimpulan laporan kajian ini. Sejak itulah bermulainya perselisihan sengit antara Newton dengan Leibniz. Perselisihan ini berakhir sepeninggal Leibniz pada tahun 1716


No comments:

Post a Comment

Modul Ajar Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Kurikulum Merdeka menggunakan pembelajaran paradigma baru. Guru dan peserta didik diharapkan dapat menggali potensi diri melalui Kurikulum M...